Dewi Mentari menunjukkan wajahnya...
Menggantikan Dewi Rembulan yang pergi kepada belahan dunia lain...
Embun-embun pagi mulai bermunculan di atas rumput-rumput hijau...
Burung-burung pun mulai bersiul, pertanda pagi sudah tiba...
Aku pun terbangun, setelah tertidur karena menahan rasa sakit yang masih mendera...
Ternyata, luka-luka yang semalam itu terlalu dalam, sehingga masih basah dan belum sembuh benar...
Ah, memang perih, tapi aku harus kembali berjalan...
Menyusuri luasnya tanah ini dan berusaha memperbaiki segala sesuatu...
Aku pun bangun dan berjalan, walaupun harus sedikit menahan perih dan rasa sakit yang masih tersisa...
Menyusuri luasnya padang belantara yang terbentang luas di hadapanku...
Menembus hutan-hutan lebat yang ada...
Serta melampaui gurun-gurun pasir yang sering menghasilkan badai pasir...
Tiba-tiba, aku melihat ada seorang gadis yang duduk sambil menangis...
Aku pun memberanikan diri untuk bertanya kepadanya...
Ternyata, ia dikecewakan oleh teman dekatnya sendiri sampai-sampai ia harus merobek beberapa bagian bajunya untuk melampiaskan rasa kecewa terhadap temannya tersebut...
Hatiku pun tergerak untuk membantunya...
Kuambil selembar kain yang ada di dalam tasku untuk mengganti bajunya yang sudah compang-camping...
Aku pun memberikan kain itu dan menyuruhnya untuk membersihkan diri dan mengganti pakaiannya...
Aku pun memberinya makan untuk mengembalikan tenaganya yang hilang...
Setelah semua itu selesai, ia masih terlihat murung...
Aku pun kembali bertanya kepadanya mengapa ia masih murung...
Ternyata, ia ingin membalaskan rasa kecewanya itu kepada temannya...
Ah, daripada temanmu itu yang luka, lebih baik kamu melukai obyek hidup yang ada di depanmu ini...
Ia pun menyetujui usulanku tersebut...
Ia mulai memukulku dengan sepotong kayu besar...
Ia pun melempariku dengan batu...
Tidak sampai disitu saja, ia pun mulai menyayat luka-lukaku yang masih basah...
Memperdalam lagi luka-lukaku dengan sebilah pisau tumpul yang terbuat dari bambu yang ditipiskan...
Setelah itu semua, senyuman pun terpancar dari mukanya...
Ia tak lagi murung, melainkan gembira karena rasa kecewanya telah hilang...
Ia pun pergi meninggalkanku dengan senyuman dan diri yang sudah bersih serta rapi...
Sedangkan aku, kembali harus babak belur...
Aku pun meminum wine peninggalan pesta kemarin...
Sambil terduduk menghadap ke danau yang ada di depanku, aku pun beristirahat sejenak...
Sembari mensyukuri senyuman yang terpancar dari muka orang tersebut...
Aku pun menunggu waktu untuk melanjutkan perjalananku, sambil berusaha merawat dan mensyukuri luka-luka yang semakin dalam...
Komentar
Posting Komentar