Suatu hari, kasih dan cinta sedang berjalan-jalan di tepi jurang. Tiba-tiba, cinta jatuh kedalam jurang karena ia buta. Kemudian, kasih juga ikut terjun ke dalam jurang untuk menolong cinta yang terlebih dahulu jatuh ke dalam jurang. Kasih melakukan hal itu karena ia merupakan sosok yang rela berkorban.
Setelah mereka berdua jatuh dan mendarat di dalam jurang, cinta marah kepada kasih yamg bermaksud ingin menolongnya. "Kenapa kamu ikut jatuh juga ke dalam jurang? Kamu kan tidak buta seperti aku," tanya cinta. "Aku ingin selalu bersamamu, kita kan teman baik, saling melengkapi satu sama lain," sahut kasih. Kemudian, cinta bertanya kepada kasih, "Kita kan tidak mungkin selalu bersama, untuk apa kamu melakukan ini, hanya membuang-buang waktu dan tenagamu saja?" Kasih pun menjawab pertanyaan tersebut, jawabnya, "Mungkin menurutmu apa yang kulakukan ini hanya membuang-buang waktuku saja. Namun, aku mendapatkan kesenangan sendiri, dan aku pun sangat menikmati hal yang menurutmu membuang-buang waktu dan tenagaku." Setelah mendengarkan jawaban itu, cinta menjadi terharu dan mereka pun saling berpelukan satu sama lain. Singkat cerita, mereka berhasil keluar dari jurang tersebut.
Ilustrasi tadi ingin menggambarkan perbedaan apa yang disebut dengan istilah "kasih" dan "cinta". Cinta, seperti kata kebanyakan orang, adalah sesuatu yang buta dan sangat reaktif terhadap suatu kondisi yang memungkinkan ia bekerja. Hal ini berbeda dengan kasih yang mampu melihat dan cenderung tenang dan cukup selektif dalam memilih kondisi yang memungkinkan dirinya untuk bekerja. Namun, kedua "sahabat karib" ini saling terikat satu sama lain dan tidak bisa terpidah sendiri-sendiri.
Dalam hubungannya dengan relasi antar manusia, khususnya hubungan dengan orang yang berbeda jenis kelaminnya, cinta menjadi reaktor atau pembangkit yang mempelopori ketertarikan seseorang dengan orang lain. Jika cinta sudah berhasil melakukan tugasnya, perannya dilanjutkan oleh kasih yang menjaga agar ketertarikan itu lebih berdaging dan bertahan lama, tidak termakan oleh kikisan waktu. Hal itu akan terus berlaku sampai orang tersebut memang sudah tidak bisa merasakan cinta dan kasih. Kondisi ini dapat terjadi ketika seseorang sudah menemui "Sang Sumber Kasih" atau yang biasa kita sebut, Tuhan yang Maha Kuasa. Ini terjadi ketika orang tersebut sydah meninggal.
Tanpa cinta, rasa ketertarikan seseorang tidak akan muncul. Tanpa kasih, rasa ketertarikan itu tidak akan bertahan lama. Jika cinta bekerja melebihi kasih, seseorang tidak akan pernah puas untuk tertarik dan ingin "memiliki" orang lain. Jika kasih bekerja melebihi cinta, ia akan mengasihi seseorang dan tidak mengetahui apa yang menjadi motivasinya mengasihi orang tersebut.
Cinta itu buta dan reaktif, tetapi kasih itu tahan lama dan penuh ketenangan. Cinta itu berperhitungan, tetapi kasih tulus ikhlas. Cinta itu perasaan dan kasih itu tindakan.
Setelah mereka berdua jatuh dan mendarat di dalam jurang, cinta marah kepada kasih yamg bermaksud ingin menolongnya. "Kenapa kamu ikut jatuh juga ke dalam jurang? Kamu kan tidak buta seperti aku," tanya cinta. "Aku ingin selalu bersamamu, kita kan teman baik, saling melengkapi satu sama lain," sahut kasih. Kemudian, cinta bertanya kepada kasih, "Kita kan tidak mungkin selalu bersama, untuk apa kamu melakukan ini, hanya membuang-buang waktu dan tenagamu saja?" Kasih pun menjawab pertanyaan tersebut, jawabnya, "Mungkin menurutmu apa yang kulakukan ini hanya membuang-buang waktuku saja. Namun, aku mendapatkan kesenangan sendiri, dan aku pun sangat menikmati hal yang menurutmu membuang-buang waktu dan tenagaku." Setelah mendengarkan jawaban itu, cinta menjadi terharu dan mereka pun saling berpelukan satu sama lain. Singkat cerita, mereka berhasil keluar dari jurang tersebut.
Ilustrasi tadi ingin menggambarkan perbedaan apa yang disebut dengan istilah "kasih" dan "cinta". Cinta, seperti kata kebanyakan orang, adalah sesuatu yang buta dan sangat reaktif terhadap suatu kondisi yang memungkinkan ia bekerja. Hal ini berbeda dengan kasih yang mampu melihat dan cenderung tenang dan cukup selektif dalam memilih kondisi yang memungkinkan dirinya untuk bekerja. Namun, kedua "sahabat karib" ini saling terikat satu sama lain dan tidak bisa terpidah sendiri-sendiri.
Dalam hubungannya dengan relasi antar manusia, khususnya hubungan dengan orang yang berbeda jenis kelaminnya, cinta menjadi reaktor atau pembangkit yang mempelopori ketertarikan seseorang dengan orang lain. Jika cinta sudah berhasil melakukan tugasnya, perannya dilanjutkan oleh kasih yang menjaga agar ketertarikan itu lebih berdaging dan bertahan lama, tidak termakan oleh kikisan waktu. Hal itu akan terus berlaku sampai orang tersebut memang sudah tidak bisa merasakan cinta dan kasih. Kondisi ini dapat terjadi ketika seseorang sudah menemui "Sang Sumber Kasih" atau yang biasa kita sebut, Tuhan yang Maha Kuasa. Ini terjadi ketika orang tersebut sydah meninggal.
Tanpa cinta, rasa ketertarikan seseorang tidak akan muncul. Tanpa kasih, rasa ketertarikan itu tidak akan bertahan lama. Jika cinta bekerja melebihi kasih, seseorang tidak akan pernah puas untuk tertarik dan ingin "memiliki" orang lain. Jika kasih bekerja melebihi cinta, ia akan mengasihi seseorang dan tidak mengetahui apa yang menjadi motivasinya mengasihi orang tersebut.
Cinta itu buta dan reaktif, tetapi kasih itu tahan lama dan penuh ketenangan. Cinta itu berperhitungan, tetapi kasih tulus ikhlas. Cinta itu perasaan dan kasih itu tindakan.
Komentar
Posting Komentar