Di sebuah SMA yang berlokasi di daerah elite, ada seorang anak laki-laki yang bertubuh kekar, six pack, dan memiliki reputasi yang baik di sekolah tersebut. Sebut saja namanya Dodi. Dodi sangat senang berolahraga, belajar bersama teman-temannya, dan ia juga sering menjuarai lomba-lomba ilmiah maupun olahraga, baik tingkat sekolah, maupun tingkat nasional. Para siswa perempuan di sekolah itu pun sangat mengidolakannya. Walaupun begitu, belum ada seorang perempuan pun yang mendapatkan hatinya. Dodi lebih megutamakan prestasi daripada urusan relasi. Selama ia bersekolah dari SD sampai SMA, belum sekalipun ia berpacaran.
Sampai suatu ketika, ketika ia dalam perjalanan pulang dari sekolah menuju rumah, ia melihat ada seorang siswi baru yang sedang di "bully" oleh kakak-kakak kelasnya di luar sekolah. Siswi tersebut dipaksa untuk melakukan segala sesuatu yang diperintahkan oleh kakak kelasnya, termasuk menceburkan diri ke dalam sebuah sungai yang letaknya tidak jauh dari sekolah tersebut, serta membuka pakaian yang dipakai oleh siswi tersebut di hadapan kakak kelasnya. Dodi pun segera bertindak. Ia pun menegur kakak kelas yang melakukan perilaku bullying tersebut. Ketika ditegur, mereka malah melawan dan mengancam Dodi. Merasa memiliki kekuatan fisik yang lebih baik, Dodi pun memberikan pelajaran kepada kakak-kakak kelas (yang juga laki-laki) yang melakukan kegiatan tersebut, serta melaporkannya ke pihak sekolah. Setelah melaporkan kakak-kakak kelas tersebut, ia pun segera memberikan pertolongan kepada siswi yang telah di bully tersebut. Ia pun membawa siswi tersebut ke rumahnya.
Di rumahnya, mereka berkenalan satu sama lain. Sebut saja nama siswi tersebut Siera. Siera adalah seorang siswi baru di SMA tersebut. Ia berasal dari luar daerah. Siera menjadi objek bully dari kakak-kakak kelasnya karena selain ia adalah "anak baru" di sekolah itu, ia juga seorang yang masih polos dan lugu, serta memiliki bentuk tubuh yang proporsional. Siera tidak tinggal bersama orang tuanya, melainkan ia tinggal di sebuah rumah kost yang berlokasi tidak jauh dari rumah Dodi, yang juga tidak jauh dari tempat mereka bersekolah. Setelah membersihkan diri dan mendapatkan perawatan, Dodi pun mengantarkannya pulang. Setelah mereka sampai di depan rumah kost Siera, Dodi berpesan agar jika Siera mengalami peristiwa seperti tadi, laporkan saja kepada pihak sekolah atau kepada dirinya (Dodi). Setelah menyampaikan pesan tersebut, Dodi pun pulang kembali ke rumahnya.
Setelah peristiwa tersebut, mereka pun sering bertemu karena rute pulang yang sama. Dari seringnya pertemuan-pertemuan tersebut, mulailah muncul "benih-benih cinta" diantara mereka berdua. Seiring berjalannya waktu, benih-benih tersebut pun tumbuh ke atas, dan mereka pun pada akhirnya berpacaran satu sama lainnya. Dodi yang tadinya tidak mau membuka hati untuk orang lain, kini mau membuka hati setelah mengenal seorang siswi yang mampu "membuka hatinya". Siera yang tadinya polos dan lugu, kini menjadi dewasa dan kritis setelah berpacaran dengan seorang siswa yang "menolong dan memperkuat" hatinya. Mereka pun menjadi dua sejoli yang tidak terpisahkan satu dengan yang lain.
Namun, masalah kembali datang. Ketika mereka mulai merasa saling memiliki satu sama lain, mereka pun mulai jatuh ke dalam sisi negatif permainan cinta yang terlalu dekat. Mereka pun mulai mencoba-coba melakukan hal-hal yang sebenarnya hanya boleh dilakukan oleh seseorang yang sudah menikah. Mereka mulai sering pergi ke night club. Mereka pun sering mabuk-mabukan berdua. Dan parahnya, mereka pun sudah melakukan hubungan seks di luar nikah.
Hal tersebut terus berlangsung sampai Dodi lulus dari sekolah itu, dan Siera duduk di kelas 3 SMA. Walaupun mereka terpisah jarak dan waktu, karena Dodi berkuliah di tempat yang agak jauh, mereka masih sering bertemu pada akhir minggu atau pada saat liburan sekolah untuk melakukan hal-hal yang tidak senonoh tersebut. Sampai akhirnya, diketahui bahwa Siera hamil. Dodi merasa shock akibat berita tersebut. Pada awalnya, Siera disuruh untuk menggugurkan kandungannya. Tetapi karena ia tidak mau melakukan hal terrsebut, mau tidak mau mereka harus menikah. Dodi yang masih sangat muda belum siap untuk melakukan hal tersebut. Tetapi apa boleh dikata, benih telah ditabur dan kini saatnya untuk menuai. Dodi pun menikahi Siera yang masih duduk di bangku kelas 3 SMA. Entah karena suatu dan lain hal, Dodi yang semula tidak siap, mampu menjadi ayah yang baik dalam waktu beberapa bulan. Hal tersebut juga terjadi pada Siera yang mampu menjadi ibu yang baik, dan mau menerima konsekuensi dari apa yang telah mereka perbuat. Anak mereka pun lahir tanpa cacat apapun, baik fisik, maupun psikologis. Mereka pun memulai hidup sebagai keluarga yang harmonis, walaupun terjadi karena suatu hal yang tidak baik.
Sampai suatu ketika, ketika ia dalam perjalanan pulang dari sekolah menuju rumah, ia melihat ada seorang siswi baru yang sedang di "bully" oleh kakak-kakak kelasnya di luar sekolah. Siswi tersebut dipaksa untuk melakukan segala sesuatu yang diperintahkan oleh kakak kelasnya, termasuk menceburkan diri ke dalam sebuah sungai yang letaknya tidak jauh dari sekolah tersebut, serta membuka pakaian yang dipakai oleh siswi tersebut di hadapan kakak kelasnya. Dodi pun segera bertindak. Ia pun menegur kakak kelas yang melakukan perilaku bullying tersebut. Ketika ditegur, mereka malah melawan dan mengancam Dodi. Merasa memiliki kekuatan fisik yang lebih baik, Dodi pun memberikan pelajaran kepada kakak-kakak kelas (yang juga laki-laki) yang melakukan kegiatan tersebut, serta melaporkannya ke pihak sekolah. Setelah melaporkan kakak-kakak kelas tersebut, ia pun segera memberikan pertolongan kepada siswi yang telah di bully tersebut. Ia pun membawa siswi tersebut ke rumahnya.
Di rumahnya, mereka berkenalan satu sama lain. Sebut saja nama siswi tersebut Siera. Siera adalah seorang siswi baru di SMA tersebut. Ia berasal dari luar daerah. Siera menjadi objek bully dari kakak-kakak kelasnya karena selain ia adalah "anak baru" di sekolah itu, ia juga seorang yang masih polos dan lugu, serta memiliki bentuk tubuh yang proporsional. Siera tidak tinggal bersama orang tuanya, melainkan ia tinggal di sebuah rumah kost yang berlokasi tidak jauh dari rumah Dodi, yang juga tidak jauh dari tempat mereka bersekolah. Setelah membersihkan diri dan mendapatkan perawatan, Dodi pun mengantarkannya pulang. Setelah mereka sampai di depan rumah kost Siera, Dodi berpesan agar jika Siera mengalami peristiwa seperti tadi, laporkan saja kepada pihak sekolah atau kepada dirinya (Dodi). Setelah menyampaikan pesan tersebut, Dodi pun pulang kembali ke rumahnya.
Setelah peristiwa tersebut, mereka pun sering bertemu karena rute pulang yang sama. Dari seringnya pertemuan-pertemuan tersebut, mulailah muncul "benih-benih cinta" diantara mereka berdua. Seiring berjalannya waktu, benih-benih tersebut pun tumbuh ke atas, dan mereka pun pada akhirnya berpacaran satu sama lainnya. Dodi yang tadinya tidak mau membuka hati untuk orang lain, kini mau membuka hati setelah mengenal seorang siswi yang mampu "membuka hatinya". Siera yang tadinya polos dan lugu, kini menjadi dewasa dan kritis setelah berpacaran dengan seorang siswa yang "menolong dan memperkuat" hatinya. Mereka pun menjadi dua sejoli yang tidak terpisahkan satu dengan yang lain.
Namun, masalah kembali datang. Ketika mereka mulai merasa saling memiliki satu sama lain, mereka pun mulai jatuh ke dalam sisi negatif permainan cinta yang terlalu dekat. Mereka pun mulai mencoba-coba melakukan hal-hal yang sebenarnya hanya boleh dilakukan oleh seseorang yang sudah menikah. Mereka mulai sering pergi ke night club. Mereka pun sering mabuk-mabukan berdua. Dan parahnya, mereka pun sudah melakukan hubungan seks di luar nikah.
Hal tersebut terus berlangsung sampai Dodi lulus dari sekolah itu, dan Siera duduk di kelas 3 SMA. Walaupun mereka terpisah jarak dan waktu, karena Dodi berkuliah di tempat yang agak jauh, mereka masih sering bertemu pada akhir minggu atau pada saat liburan sekolah untuk melakukan hal-hal yang tidak senonoh tersebut. Sampai akhirnya, diketahui bahwa Siera hamil. Dodi merasa shock akibat berita tersebut. Pada awalnya, Siera disuruh untuk menggugurkan kandungannya. Tetapi karena ia tidak mau melakukan hal terrsebut, mau tidak mau mereka harus menikah. Dodi yang masih sangat muda belum siap untuk melakukan hal tersebut. Tetapi apa boleh dikata, benih telah ditabur dan kini saatnya untuk menuai. Dodi pun menikahi Siera yang masih duduk di bangku kelas 3 SMA. Entah karena suatu dan lain hal, Dodi yang semula tidak siap, mampu menjadi ayah yang baik dalam waktu beberapa bulan. Hal tersebut juga terjadi pada Siera yang mampu menjadi ibu yang baik, dan mau menerima konsekuensi dari apa yang telah mereka perbuat. Anak mereka pun lahir tanpa cacat apapun, baik fisik, maupun psikologis. Mereka pun memulai hidup sebagai keluarga yang harmonis, walaupun terjadi karena suatu hal yang tidak baik.
Komentar
Posting Komentar