Langsung ke konten utama

Antara Mimpi dan Kenyataan



Aku memimpikan sebuah kehidupan yang sempurna...
Ketika semua rencanaku berjalan dengan baik...
Ketika aku memiliki perjalanan karier yang baik dan lancar...
Ketika aku mampu menggapai segala impian yang kumiliki...
Dan tentunya...
Ketika aku bisa memiliki kehidupan asmara yang juga sama baiknya dengan pencapaian-pencapaian yang diimpikan....

Namun, apa yang terjadi justru sebaliknya...
Aku meninggalkan impian lamaku karena keterbatasan sumber daya...
Semua rencana hidup yang telah kususun sebelumnya menjadi berantakan dan tak tentu arah...
Perjalanan karierku saat ini pun tersendat, bahkan menunjukkan tanda-tanda yang tidak baik...
Dan parahnya...
Kisah asmaraku pun tak kalah buruknya dibandingkan dengan hal-hal yang telah kusebutkan tadi...

Beberapa kali terlintas dalam benakku untuk mengakhiri hidup ini saja...
Entah dengan melompat dari gedung yang tinggi,
atau menabrakkan diri kepada kendaraan yang bergerak cepat...
Yang penting, tubuhku hancur dan aku pun meninggalkan kehidupan ini...
Kehidupan yang sudah tak bermakna, dan tak dapat diharapkan lagi...

Namun, aku teringat akan satu hal....
Yaitu pencapaianku sampai saat ini...
Sekalipun tidak terlalu baik, bahkan tidak sesuai dengan impian...
Setidaknya, aku telah melalui berbagai tahapan yang mungkin tidak datang untuk dua kali...
Karena kesempatan hanya datang untuk satu kali...

Oh, Sang Entah....
Hanya ada satu hal yang dapat kumohonkan kepada-Mu pada saat ini...
Yaitu untuk senantiasa mengajarku dan membantuku...
Untuk menerima hal-hal yang mungkin tidak sesuai impian...
Dan untuk terus mengasah serta memperbaiki diri...
Supaya dapat menjadi seorang pribadi...
yang mampu hidup sesuai dengan keinginan serta kehendak-Mu saja...


Jakarta, Januari 17, 2018
22.51
Saat sedang mempersiapkan sebuah khotbah untuk esok hari



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untuk Mereka yang sedang Berjuang

Untuk kalian yang sedang berjuang, entah apapun yang kalian perjuangkan Semoga perjuangan kalian tidak berakhir sia-sia karena kehilangan pamor Semoga motivasi perjuangan kalian berasal dari hati yang terdalam Bukan karena hanya "efek latah" maupun karena ego pribadi Melainkan atas dasar kemanusiaan yang telah lama hilang dari peradaban ini Untuk kalian yang sedang berjuang, entah apapun yang kalian perjuangkan Semoga perjuangan kalian menghasilkan persatuan, bukan perpecahan Semoga apa yang kalian perjuangkan pun bukan membuat kita semakin tercerai-berai Namun semakin menyadari bahwa perbedaan adalah cara kita untuk semakin bersatu Serta semakin mengenal satu dengan yang lainnya sebagai sesama "orang merdeka" Untuk kalian yang sedang berjuang, entah apapun yang kalian perjuangkan Semoga perjuangan kalian semakin menyadarkan semua orang akan kebinatangan manusia Yang semakin hari semakin menjadi-jadi, dan semakin sulit dikendalikan Semoga agenda p...

Beberapa pesawat terbaik dari era Perang Dunia II

Perang Dunia II adalah sebuah perang yang menjadi perang yang mulai memakai senjata-senjata terbarukan, khususnya pesawat tempur yang sangat membatu peran para negara-negara baik itu negara penjajah ataupun negara pembebas dalam menghancurkan sasaran dan membantu gerak pasukan darat. Berikut ini adalah beberapa pesawat terbaik dan tercanggih dari era Perang Dunia II 1. P-51 Mustang Pesawat pemburu buatan North American Aviation ini adalah sebuah pesawat buatan Amerika yang tidak hanya dipakai oleh AU Amerika, tetapi juga dipakai oleh AU negara-negara sekutu (termasuk Inggris) untuk menghadapi kekuatan AU Jerman yang waktu itu diperkuat oleh pesawat pemburu berteknologi tinggi Messerschmitt Me-109G dan pembom tukik Junkers Stuka. Pesawat ini juga digunakan oleh negara pembuatnya untuk menghadapi pesawat AU Jepang yang paling terkenal yaitu Mitsubishi A6M1 "Zero" yang walaupun persenjataannya kurang baik, tetapi memiliki kecepatan serta kelincahan yang sangat baik. 2. Mess...

Apa Maksudnya?

Ah... Sudah sekian lama aku menutup segala kemungkinan itu... Sebab, "kegagalan" itu cukup membebani sampai saat ini... "Mengapa aku terlalu tergesa-gesa? Mengapa aku "dibutakan?" "Mengapa aku terlena dengan perasaan itu, dan mengizinkannya mengontrol diriku?" Begitu pertanyaan yang terus terngiang di kepalaku... Bodoh, sangat bodoh! Seandainya pada waktu itu aku memutuskan untuk tidak.... Ah sudahlah, bubur sudah terlanjur dipesan dan dimakan, bahkan sudah dibayar pula... Segalanya sudah terjadi, dan berakhir.... Kalau kata orang, berujung pada kegagalan... Sudah cukup lama sejak "kegagalan" itu, aku terus berusaha untuk menata diri... Menggapai kembali cita-cita yang sempat tertunda... Menajamkan arah dan tujuan hidup.... Sambil terus berupaya untuk menjauhkan diri dan melupakan segala perasaan-perasaan... yang bisa saja membuatku "jatuh" pada hal yang sama... "Ah, mungkin memang aku ditakdirkan untuk hi...