Langsung ke konten utama

Untuk Svetlana

Hai Svetlana, apa kabarmu?
Aku mendengar kamu sudah tidak tinggal di Jakarta lagi selama beberapa waktu.
Kudengar juga, studimu sedikit bermasalah dan kamu kehilangan passion dalam hal tersebut
Aku juga mendengar bahwa kehidupan asmaramu sedikit bermasalah
Tapi aku berharap, kondisimu baik-baik saja dan sehat walafiat

Svet...
Mungkin semua orang tahu bahwa kamu memiliki ruang tersendiri di dalam lubuk hatiku
Walaupun aku pernah "berlari" ke hati yang lain...
Tetapi aku masih punya ruang tersendiri untukmu...
Entah mengapa, kamu masih merupakan sebuah ketidakmungkinan yang aku usahakan.

Svet...
Walaupun begitu, situasi saat ini banyak yang berubah.
Kamu yang dahulu menurutku "bersih", sekarang sudah banyak berubah.
Rasa "sayang" yang dahulu ada pun berubah menjadi rasa "kasihan"
Aku tidak lagi memandangmu sebagai seorang yang memerlukan "cinta romantis"
Namun sebagai seorang manusia yang membutuhkan pertolongan dan belas kasihan
dan tentunya, teman yang dapat mengerti akan dirimu secara penuh

Svet...
Aku memang masih memiliki "hati dan harapan" ke kamu
Tetapi aku juga sadar bahwa apalah artinya aku di hadapanmu
Aku tidak lebih dari seorang yang mungkin, tiada artinya bagimu
Namun satu harapanku yang pasti
Aku berharap supaya kamu memiliki kehidupan yang lebih baik daripada sekarang
dan aku juga berharap semua yang kamu inginkan dapat tercapai dengan baik.
Karena sebenarnya, aku melihat potensi besar dalam dirimu untuk menjadi "orang besar dan sukses"
baik dalam karier maupun dalam urusan hidup sehari-hari.

Svet...
Cuma ini saja yang dapat kutuliskan dalam surat sapaanku saat ini
Aku berharap kita dapat bertemu lagi di lain kesempatan...
Aku berharap kamu telah menjadi orang yang sukses pada saat tersebut tiba
dan aku akan sangat senang jika semua harapan itu boleh terjadi dalam kehidupanmu.



Semarang, 17 Agustus 2016
Menjelang menit-menit akhir hari "Kemerdekaan Indonesia"


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untuk Mereka yang sedang Berjuang

Untuk kalian yang sedang berjuang, entah apapun yang kalian perjuangkan Semoga perjuangan kalian tidak berakhir sia-sia karena kehilangan pamor Semoga motivasi perjuangan kalian berasal dari hati yang terdalam Bukan karena hanya "efek latah" maupun karena ego pribadi Melainkan atas dasar kemanusiaan yang telah lama hilang dari peradaban ini Untuk kalian yang sedang berjuang, entah apapun yang kalian perjuangkan Semoga perjuangan kalian menghasilkan persatuan, bukan perpecahan Semoga apa yang kalian perjuangkan pun bukan membuat kita semakin tercerai-berai Namun semakin menyadari bahwa perbedaan adalah cara kita untuk semakin bersatu Serta semakin mengenal satu dengan yang lainnya sebagai sesama "orang merdeka" Untuk kalian yang sedang berjuang, entah apapun yang kalian perjuangkan Semoga perjuangan kalian semakin menyadarkan semua orang akan kebinatangan manusia Yang semakin hari semakin menjadi-jadi, dan semakin sulit dikendalikan Semoga agenda p...

Beberapa pesawat terbaik dari era Perang Dunia II

Perang Dunia II adalah sebuah perang yang menjadi perang yang mulai memakai senjata-senjata terbarukan, khususnya pesawat tempur yang sangat membatu peran para negara-negara baik itu negara penjajah ataupun negara pembebas dalam menghancurkan sasaran dan membantu gerak pasukan darat. Berikut ini adalah beberapa pesawat terbaik dan tercanggih dari era Perang Dunia II 1. P-51 Mustang Pesawat pemburu buatan North American Aviation ini adalah sebuah pesawat buatan Amerika yang tidak hanya dipakai oleh AU Amerika, tetapi juga dipakai oleh AU negara-negara sekutu (termasuk Inggris) untuk menghadapi kekuatan AU Jerman yang waktu itu diperkuat oleh pesawat pemburu berteknologi tinggi Messerschmitt Me-109G dan pembom tukik Junkers Stuka. Pesawat ini juga digunakan oleh negara pembuatnya untuk menghadapi pesawat AU Jepang yang paling terkenal yaitu Mitsubishi A6M1 "Zero" yang walaupun persenjataannya kurang baik, tetapi memiliki kecepatan serta kelincahan yang sangat baik. 2. Mess...

Apa Maksudnya?

Ah... Sudah sekian lama aku menutup segala kemungkinan itu... Sebab, "kegagalan" itu cukup membebani sampai saat ini... "Mengapa aku terlalu tergesa-gesa? Mengapa aku "dibutakan?" "Mengapa aku terlena dengan perasaan itu, dan mengizinkannya mengontrol diriku?" Begitu pertanyaan yang terus terngiang di kepalaku... Bodoh, sangat bodoh! Seandainya pada waktu itu aku memutuskan untuk tidak.... Ah sudahlah, bubur sudah terlanjur dipesan dan dimakan, bahkan sudah dibayar pula... Segalanya sudah terjadi, dan berakhir.... Kalau kata orang, berujung pada kegagalan... Sudah cukup lama sejak "kegagalan" itu, aku terus berusaha untuk menata diri... Menggapai kembali cita-cita yang sempat tertunda... Menajamkan arah dan tujuan hidup.... Sambil terus berupaya untuk menjauhkan diri dan melupakan segala perasaan-perasaan... yang bisa saja membuatku "jatuh" pada hal yang sama... "Ah, mungkin memang aku ditakdirkan untuk hi...