Langsung ke konten utama

Untuk "Kakak Sarjana Musik"

Hai "kak", apa kabar?
Rasanya baru beberapa hari yang lalu kita bertemu dapat berkenalan satu dengan yang lain.
Secara tidak disengaja dan tidak diduga
Aku bersyukur dapat mengenal dan bertemu dengan engkau, hai "kakak sarjana musik"
Walaupun dalam kesempatan yang memang tidak diduga sebelumnya.

Kak...
Jika boleh, aku ingin mengatakan sesuatu padamu.
Entah kamu menduganya atau tidak.
Aku jatuh hati padamu kak, sejak pertama kali aku melihatmu melatih mereka.
Memang, aku sendiri tidak percaya akan "cinta pada pandangan pertama"
Tapi, inilah yang terjadi, dan aku sendiri tidak tahu mengapa rasa ini tumbuh
Memang usia kita hanya berbeda sedikit, aku hanya setahun lebih muda darimu kak
Tapi kata orang, usia bukanlah sebuah penghalang.

Kak...
Aku sadar bahwa saat ini kamu sudah memiliki pasangan.
Jika dibandingkan dengannya, aku tidak ada apa-apanya.
Pacarmu seorang vokalis sebuah band indie, seorang pengarang lagu, keren lagi
Sedangkan aku, apa yang dapat kuunggulkan?
Aku cuma seorang lulusan teologi, suaraku rusak parah, permainan pianoku pun biasa saja
Masa depan? Sangat buram dan tidak jelas!
Berbeda dengan pasanganmu saat ini kak, walaupun kalian jarang bertemu karena terpisah jarak

Kak...
Aku tidak akan berani berkata langsung kepadamu soal ini.
Hanya lewat media ini saja aku dapat mengungkapkan segala perasaanku kepadamu
Aku berusaha untuk tidak mengganggu hubungan kalian berdua
Sekalipun ada kesempatan untuk melakukan hal tersebut, aku tidak akan mengambilnya.
Lebih baik aku memendam perasaan ini, dan melihatmu bahagia bersama dengannya.
Karena kebahagiaan kalian adalah kebahagiaanku juga, walaupun bentuknya berbeda.

Kak....
Forgive me...
For I am in love with you....





Semarang, 14 Agustus 2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa Maksudnya?

Ah... Sudah sekian lama aku menutup segala kemungkinan itu... Sebab, "kegagalan" itu cukup membebani sampai saat ini... "Mengapa aku terlalu tergesa-gesa? Mengapa aku "dibutakan?" "Mengapa aku terlena dengan perasaan itu, dan mengizinkannya mengontrol diriku?" Begitu pertanyaan yang terus terngiang di kepalaku... Bodoh, sangat bodoh! Seandainya pada waktu itu aku memutuskan untuk tidak.... Ah sudahlah, bubur sudah terlanjur dipesan dan dimakan, bahkan sudah dibayar pula... Segalanya sudah terjadi, dan berakhir.... Kalau kata orang, berujung pada kegagalan... Sudah cukup lama sejak "kegagalan" itu, aku terus berusaha untuk menata diri... Menggapai kembali cita-cita yang sempat tertunda... Menajamkan arah dan tujuan hidup.... Sambil terus berupaya untuk menjauhkan diri dan melupakan segala perasaan-perasaan... yang bisa saja membuatku "jatuh" pada hal yang sama... "Ah, mungkin memang aku ditakdirkan untuk hi...

Beberapa pesawat terbaik dari era Perang Dunia II

Perang Dunia II adalah sebuah perang yang menjadi perang yang mulai memakai senjata-senjata terbarukan, khususnya pesawat tempur yang sangat membatu peran para negara-negara baik itu negara penjajah ataupun negara pembebas dalam menghancurkan sasaran dan membantu gerak pasukan darat. Berikut ini adalah beberapa pesawat terbaik dan tercanggih dari era Perang Dunia II 1. P-51 Mustang Pesawat pemburu buatan North American Aviation ini adalah sebuah pesawat buatan Amerika yang tidak hanya dipakai oleh AU Amerika, tetapi juga dipakai oleh AU negara-negara sekutu (termasuk Inggris) untuk menghadapi kekuatan AU Jerman yang waktu itu diperkuat oleh pesawat pemburu berteknologi tinggi Messerschmitt Me-109G dan pembom tukik Junkers Stuka. Pesawat ini juga digunakan oleh negara pembuatnya untuk menghadapi pesawat AU Jepang yang paling terkenal yaitu Mitsubishi A6M1 "Zero" yang walaupun persenjataannya kurang baik, tetapi memiliki kecepatan serta kelincahan yang sangat baik. 2. Mess...

Memahami Kehidupan

Kadang, aku bertanya di dalam kehidupan ini... Mengapa ada kematian? Mengapa ada kelahiran? Mengapa ada duka? Mengapa ada suka? Mengapa ada perpisahan? Mengapa ada pertemuan? Mengapa ada kepunahan? Mengapa ada hal-hal baru? Dan mengapa-mengapa yang lainnya? Aku terus mencari jawab soal itu... Lewat bacaan, ilmu pengetahuan, percakapan... Bahkan lewat pengalaman hidup itu sendiri... Namun, semakin aku mencari... Semakin aku makin tidak mengerti... Bahkan semakin aku terlihat bodoh... Bukan karena aku tidak tahu... Melainkan karena aku semakin tahu... Mungkin benar kata pepatah kuno... Kosong adalah isi, dan isi adalah kosong... Semakin kita mencari, semakin kita tidak mengetahui... Mengapa harus terjadi demikian? Bukankah semakin kita mencari, semakin kita mengetahui? Apakah ini yang disebut dengan "misteri kehidupan"? Atau apakah ini yang disebut dengan "kejamnya hidup"? Atau mungkin, ini disebabkan oleh pemahaman kita yang sangat kura...